BREAKING NEWS

Blogger templates

Sunday 12 September 2010

Chapman Sang Reformis

ARSENE Wenger pernah dituding terlalu ekonomis dalam kebijakan transfernya tak lama setelah Arsenal menempati stadion Emirates di kawasan Ashburton Grove, London.

Tapi Wenger memiliki alasan kuat melakukannya. Alasan yang membuat para Gooners akhirnya menyadari kelangsungan hidup klub pun tak kalah penting dengan target prestasi.

Wenger melakukannya demi membantu keuangan klub tetap stabil setelah banyak tersedot untuk pembangunan stadion pengganti stadion Highbury.

Sejak terakhir kali membawa The Gunners menjuarai Premiership di musim 2003/2004, Wenger memang kalah dari Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti dalam urusan prestasi.

Tapi, Wenger (mungkin) lebih unggul dibandingkan manajer yang masih maupun pernah beredar di Inggris lainnya dalam urusan membuat neraca keungan klub tetap stabil.

Wenger akhirnya memutuskan menjual Patrick Viera ke Juventus dan Thiery Henry, legenda The Gunners ke Barcelona demi menjaga kondisi keuangan klubl.

Tapi di sisi lain, meski harus menjual sejumlah pemain bintangnya, Wenger tetap bisa menjaga Arsenal tetap berada di barisan elit klub Premiership.

Untuk sepak bola Inggris, Wenger adalah sosok yang ideal. Gelar master bidang ekonomi miliknya merepresentasikan kemampuan Wenger mempraktekkan hukum ekonomi di sepak bola.

Di Inggris peran seorang pelatih memang tak sekadar mengurai taktik dan strategi bermain sepak bola yang baik dan efektif.

Ada aspek bisnis yang mesti dijalankan demi kepentingan klub, terutama kebijakan menyangkut kontrak maupun transfer pemain. Karenanya muncul istilah manager-coach.

Peran lebih yang dimiliki seorang pelatih di Inggris, akhirnya menginspirasi klub maupun federasi sepak bola di sejumlah Negara untuk mengadopsinya.

Di era sepak bola modern, peran, fungsi dan tanggung jawab seorang pelatih jadi lebih besar karena adanya tuntutan diluar persoalaan teknis.

Peran lebih itu pula yang membuat Inggris (kembali) terbukti sebagai Negara pionir pengembangan hingga akhirnya menjadikan sepak bola sebagai ladang bisnis menggiurkan.

Adalah Herbert Chapman salah seorang manajer legendaris Arsenal yang berandil besar terhadap semua hal yang saat ini terjadi dalam sepak bola, termasuk untuk urusan pengembangan bisnis.

Chapman dikenal sebagai seorang reformis. Dia menjadi manajer yang dianggap pertama memerankan fungsi diluar urusan teknis.

Ketika secara struktur dan fungsi kerja klub-klub sepak bola Inggris masih mengenal adanya komite seleksi dan dewan untuk menentukan pemain serta membangun tim. Chapman, menuntut peran dan fungsi tersebut dipegangnya langsung.

Chapman dianggap sebagai salah satu manajer modern karena kaya inovasi. Setiap memainkan perannya sebagai manajer, Chapman menerapkan aturan ketat soal pentingnya kebugaran fisik pemain.

Dia pun menuntut kontrol dan wewenang penuh soal kebijakan transfer pemain, baik pembelian maupun penjualaan.

Hal itu dilakukan Chapman karena selalu memiliki pandangan tentang bagaimana sebuah klub sepak bola itu, dibangun dengan cara yang ideal.

Tidak hanya untuk jangka pendek tapi jangka panjang. Chapman diketahui selalu berpikiran klub yang ditanganinya harus tetap mampu bersaing minimal dalam jangka lima musim kompetisi.

Namun karena peran yang dimainkannya kala itu, belum bisa dikatakan lazim dimainkan seorang manajer, Chapman nyaris dijatuhi sanksi ketika menangani Arsenal.

FA menuding Arsenal melakukan praktek pembelian pemain ilegal ketika mendatangkan Charlie Buchan.

FA menemukan bukti Buchan memperoleh uang intensif supaya bersedia menandatangani kontrak sekaligus meninggalkan klubnya, Sunderland pada 1925.

Chapman akhirnya lolos dari ancaman terkena hukuman dari FA. Federasi sepak bola Inggris itu, justru malah menjatuhkan sanksi kepada Sir Henry Norris, Direktur Arsenal saat itu.

Meski pada masanya peran dan kontrol Chapman, membuatnya dikenal sebagai manajer yang licik.

Tapi apa yang dilakukan Chapman akhirnya banyak ditiru oleh sejumlah manajer maupun klub di Inggris hingga akhirnya peran dan fungsi seorang manajer klub sepak bola berkembang seperti sekarang.

Ketika meniti karier sebagai pemain sepak bola, Chapman tak cukup sering menunjukan sinar terangnya.

Tapi ketika duduk sebagai manajer, Chapman telah menyinari sepak bola secara keseluruhan.

Tak hanya itu, football history memasukan nama Chapman sebagai salah satu dari 10 pelatih (manajer) terbaik di dunia yang pernah ada karena andilnya di era sepak bola modern.

Chapman meninggal dunia pada usia 55 tahun saat masih berstatus sebagai manajer Arsenal, akibat pheunomia atau radang paru-paru yang sudah dideritanya sejak lama.

Usai menyaksikan laga Bury melawan Notts County, 1 Januari 1934. Chapman kemudian berniat menyaksikan laga Sheffield Wednesday, lawan selanjutnya yang akan dihadapi Arsenal.

Dalam perjalanan menuju kota Yorkshire itu, Chapman akhirnya dilaporkan meninggal dunia.

Patung perunggu Chapman yang dibangun di Stadion Highbury untuk mengenang jasanya, menunjukan jika dia tak hanya seorang manajer legendaris The Gunners, juga sepak bola Inggris dan dunia.***

Wednesday 8 September 2010

Dari Groves Ke Ronaldo, Lalu ?

WILLIE Groves mengawali dimulainya era praktek ekonomi tingkat tinggi di sepak bola. Secara resmi Groves diakui sebagai pesepak bola pertama yang pindah klub, setelah terjadi kesepakatan jual beli dalam bentuk kompensasi uang transfer.

Proses kesepakatan jual beli striker timnas Skotlandia tersebut melibatkan klub Liga Primer Inggris, West Bromwich Albion (WBA) dan Aston Villa, terjadi pada 1893. Nilai jual Groves mencapai 100 poundsterling jadi yang pertama sekaligus tertinggi.

Nilai transfer Groves bertahan 11 tahun ketika Newcastle United membeli Andy McCombie (Skotlandia) dari rival sekota, Sunderland FC dengan harga 700 poundsterling.

116 tahun kemudian, setelah penjualan Groves oleh WBA ke Villa. Tepatnya pada 2009, nilai jual tertinggi pemain sepak bola menggelembung hingga 800 ribu kali lipat.

Rekor tertinggi pemain sepak bola terukir ketika Real Madrid mendatangkan Cristiano Ronaldo dari Manchester United seharga 80 juta poundsterling.

Sepanjang sejarah era sepak bola profesional, tercatat hingga 2009 sudah terjadi 33 rekor pemecahan nilai transfer. Mayoritas rekor transfer pemain ini dilakukan oleh klub Italia dan Spanyol.

Negeri Pizza mencatat 18 kali pemecahan rekor transfer, dimulai ketika Napoli mendatangkan striker Swedia, Hans Jeppson dari Atalanta pada 1952 dengan nilai 105 juta Lira.

Italia setelah itu, bisa dikatakan merajai bursa transfer pemain terutama dari sisi nilai yang dikeluarkan. Namun krisis keuangan yang melanda sejumlah klub di Italia pada 2000-an membuat posisi Italia kemudian diambil alih Spanyol.

Hernan Crespo tercatat jadi pembelian termahal di dunia terakhir yang dilakukan klub Italia. Rekor tersebut dicatat pada tahun 2000 ketika Lazio membeli Crespo dari Parma seharga 35,5 juta poundsterling.

Tapi rekor transfer Crespo hanya bertahan dalam hitungan pekan saja setelah Real Madrid membeli Luis Figo dari musuh abadinya Barcelona dengan nilai transfer 1,5 juta poundsterling lebih mahal dari nilai kesepakatan Parma dan Lazio untuk Crespo.

Tapi bukan barisan pemain dengan nama besar yang pernah memenangkan sejumlah trofi bergengsi termasuk Piala Dunia yang tercatat namanya paling lama bertahan sebagai pemain sepak bola termahal.

Adalah striker asal Argentina, Bernabé Ferreyra yang namanya bertahan selama 20 tahun sebagai pemain termahal dunia. Fereyra menjadi pemain dengan banderol tertinggi setelah dibeli River Plate dari Tigre pada 1932 -Rekornya dipecahkan Jeppson yang dibeli Napoli dari Atalanta-.

Nilai bayaran yang dikeluarkan River akhirnya sebanding dengan performa Ferreyra selama memperkuat klub yang bermarkas di Estadio Monumental, Buenos Aires itu. Total dari 185 penampilannya ia mencetak 187 gol untuk River.

Meski pada masanya dikenal sebagai salah satu striker yang ditakuti. Ferreyra tak pernah sekalipun mencicipi pengalaman bermain di Piala Dunia termasuk di Piala Dunia pertama 1930 ketika Argentina menembus final sebelum akhirnya dikandaskan Uruguay. Di level timnas, Ferreyra tercatat hanya empat kali memperkuat tim Tango.

Di Indonesia praktek jual beli pemain masih menjadi barang langka. Tercatat hanya beberapa kasus transfer yang terjadi setelah ada kesepakatan jual-beli seperti kepindahan Bima Sakti dari Pelita Jaya ke PSM Makasar (1999).

Praktek transfer pemain sepak bola di Indonesia belum menjadi kebiasaan dan cenderung hanya dijadikan solusi akhir ketika muncul persoalaan kontrak pemain. Seperti yang terjadi pada kasus Achmad Junaidi tahun 2001.

Saat itu, Achmad yang berstatus sebagai pemain Arema Malang mengingkari perjanjian kontrak selama 2 tahun setelah membuat kesepakatan baru dengan Persebaya. Akhirnya, Persebaya memutuskan membeli Achmad dengan nilai transfer Rp 175 juta dari Arema.

Padahal dengan kondisi yang cenderung selalu dihadapkan pada kesulitan finansial mayoritas klub di Indonesia. Praktek jual beli pemain bisa dijadikan salah satu solusi mengatasi problem finansial di tengah tuntutan mandiri.***

Rekor Transfer Pemain

Tahun

Pemain

Dari

Ke

Nilai

1893

Willie Groves

West Bromwich Albion

Aston Villa

100

1904

Andy McCombie

Sunderland

Newcastle United

700

1905

Alf Common

Sunderland

Middlesbrough

1,000

1922

Syd Puddefoot

West Ham United

Falkirk

5,000

1922

Warney Cresswell

South Shields

Sunderland

5,500

1928

David Jack

Bolton Wanderers

Arsenal

10,890

1932

Bernabe Ferreyra

Tigre

River Plate

23,000

1952

Hans Jeppson

Atalanta

Napoli

52,000

1954

Juan Schiaffino

Peñarol

Milan

72,000

1957

Enrique Omar Sivori

River Plate

Juventus

93,000

1961

Luis Suarez

Barcelona

Internazionale

152,000

1963

Angelo Sormani

Mantova

Roma

250,000

1967

Harald Nielsen

Bologna

Internazionale

300,000

1968

Pietro Anastasi

Varese

Juventus

500,000

1973

Johan Cruyff

Ajax

Barcelona

922,000

1975

Giuseppe Savoldi

Bologna

Napoli

1,200,000

1976

Paolo Rossi

Juventus

Vicenza

1,750,000

1982

Diego Maradona

Boca Juniors

Barcelona

3,000,000

1984

Diego Maradona

Barcelona

Napoli

5,000,000

1987

Ruud Gullit

PSV Eindhoven

Milan

6,000,000

1990

Roberto Baggio

Fiorentina

Juventus

8,000,000

1992

Jean-Pierre Papin

Marseille

Milan

10,000,000

1992

Gianluca Vialli

Sampdoria

Juventus

12,000,000

1992

Gianluigi Lentini

Torino

Milan

13,000,000

1996

Alan Shearer

Blackburn Rovers

Newcastle United

15,000,000

1997

Ronaldo

Barcelona

Internazionale

19,500,000

1998

Denílson

Sao Paulo

Real Betis

21,500,000

1999

Christian Vieri

Lazio

Internazionale

32,000,000

2000

Hernán Crespo

Parma

Lazio

35,500,000

2000

Luís Figo

Barcelona

Real Madrid

37,000,000

2001

Zinedine Zidane

Juventus

Real Madrid

46,000,000

2009

Kaka

Milan

Real Madrid

56,000,000

2009

Cristiano Ronaldo

Manchester United

Real Madrid

80,000,000

Keterangan ;

Dalam Poundsterling

Saturday 4 September 2010

Sepak Bola Untuk Kemanusiaan


BAGI yang memandang sinis sepak bola, lebih baik buang jauh-jauh sikap dan cara yang terlalu sempit ketika menyampaikan pendapat dan menilai olah raga paling populer di dunia ini.

Thursday 2 September 2010

Hantu di Stadium of Light

CERITA gaib selalu muncul di kehidupan masyarakat umum. Percaya atau tidak, setiap keyakinan pada dasarnya, mengakui adanya alam lain yang disebut gaib. Muncul beberapa teori untuk menjelaskannya, inti sari dari semua teori yang ada, ditarik kesimpulan, dunia gaib dan dunia kasat mata yang kita tinggali, punya batas yang tidak kasat mata.

Ketika seseorang dengan tiba-tiba bisa melihat mahluk yang berada di alam gaib, maka batas pemisah antara dunia itu, sedang bocor. Dan, terkadang penghuni alam gaib tak perlu menampakan diri untuk menyatakan mereka ada di sana.

Di Indonesia, di beberapa lokasi seringkali muncul cerita penampakan. Salah satunya, cerita hantu perempuan yang digambarkan berparas cantik dan sering menampakan diri di jembatan Ancol. Cerita ini, kemudian kian dikenal lewat sentuhan para sineas yang mengapresiasikanya ke bentuk sinema dalam berbagai versi dan alur cerita.

Cerita hantu yang menghuni sebuah tempat atau tidak mau meninggalkan tempatnya, juga ada di dunia sepakbola. Di Inggris, tepatnya di Stadium of Light, kandang Sunderland FC dikenal masyarakat Negeri Ratu Elizabeth itu, sebagai stadion berhantu.

Beberapa staf klub, ofisial dan pemain Sunderland seperti dikutip dari salah satu tulisan media berpengaruh di Inggris, The Mirror, tepatnya 16 April 2005, mengaku pernah jadi saksi penampakan Spottee, mahluk gaib penghuni Stadium of Light.

Stephen Elliot striker asal Irlandia yang kala itu masih berusia 21 tahun dan berkostum The Black Cat, menceritakan pengalamannya melihat Spottee yang digambarkan sebagai mahluk dalam bentuk asing dan berwarna hitam di salah satu koridor stadion. Cerita Elliot, kian menguatkan pengakuan dari dua orang staf klub yang sebelum Elliot menceritakannya kepada The Mirror, sama-sama mengaku pernah mendapatkan pengalaman serupa.

Cerita hantu Spottee di Stadium of Light kian terkenal setelah, Marcus Stewart, striker Sunderland saat itu, juga menyampaikan pengakuan yang sama. "Yang membuat saya berpikir apa yang pernah saya lihat adalah benar, karena Stephen pun menceritakan pengalaman yang sama," tutur Stewart.

Spottee diyakini sebagai hantu yang berasal dari abad ke-18. Dengan kata lain, Spottee sudah lebih dulu menghuni areal berdirinya Stadium of Light yang resmi dioperasikan sebagai kandang anyar Sunderland pada 1997, dibandingkan staf, pelatih, pemain dan fans klub rival sekota Newcastle United itu.

Saking terkenal sebagai tempat angker karena dihuni mahluk gaib dan kerap menampakan diri. Publik sepakbola Inggris, kemudian memplesetkan nama Stadium of Light yang megah dan modern, menjadi Stadium of Fright yang artinya Stadion Kengerian.***

 
Designed By OddThemes & Distributd By Blogger Templates