BREAKING NEWS

Blogger templates

Thursday 3 June 2010

Pele dan Senayan

RABU, 20 Juni 1972, Jakarta belum sesibuk dan sepadat sekarang. Tapi kehadiran Pele, legenda sepakbola Brazil di Ibu Kota Negara kala itu, membuat Jakarta tampak sangat sibuk dan padat.

Jakarta dan publik sepakbola Indonesia menyambut antusias kedatangan Pele bersama klubnya Santos. Kompleks olahraga Senayan dijejali ribuan manusia yang ingin menyaksikan langsung penampilan Pele dan samba-samba lainya yang diuji kemapananya oleh tim nasional Indonesia.

Stadion Senayan atau sekarang lebih dikenal Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menggelora oleh sihir samba. Sekitar 85 ribu pasang mata hadir menyaksikan laga Indonesia versus jagoan Brazil itu.

Santos datang ke Jakarta memenuhi undangan PSSI. Namun, rencana menghadirkan Pele dan kawan-kawan sempat terancam batal, menyusul belum terpacainya kesepakatan soal match fee antara pihak PSSI dengan pihak Santos.

Kubu Santos konon saat itu, mematok harga 40 ribu dollar, nilai yang saat itu dianggap terlampau tinggi dan tidak adil. Sebelum melawat ke Tanah Air, klub yang banyak melahirkan bintang sepakbola Brazil itu terlebih dulu mesambangi Hong Kong dan rela dibayar hanya 28 ribu dollar.

Namun, demi memenuhi hasrat pecinta sepakbola Tanah Air yang jauh hari sebelumnya sudah menantikan kedatangan Pele dan kawan-kawan. PSSI akhirnya bersedia membayar sesuai match fee yang dipatok Santos.

Santos akhirnya mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta pada 18 Juni 1972. Ribuan fans sepakbola menyambut kedatangan Santos di bandara. Mereka mengeluk-elukan nama Pele yang dua tahun sebelumnya di Meksiko 1970 sukses mengantarkan Brazil menjadi juara dunia usai mengandaskan Italia 4-0 di Estadio Azteca, Mexico City.

Saking tingginya antusiasme masyarakat, termasuk para peliput. Seperti dikutip dari dokumen Harian Kompas, wartawan pun terpaksa rebutan tempat dengan warga yang menyambut kedatangan Santos.

Hajad pun tergelar di atas rumput SUGBK, dua hari kemudian. Timnas kala itu ditangani pelatih Endang Witarsa mengandalkan para pemain terbaik pada masanya seperti kiper, Ronny Paslah, trio center back, M. Basri, Muljadi dan Anwar Udjang.

Di sektor tengah Abdul Kadir dan Iswadi Idris diberikan kepercayaan menjadi kreator permainan. Sementara duet Risdianto dan Jacob Sihasale diandalkan jadi duet ujung tombak Merah Putih.

Meski hanya uji coba, Santos tetap menurunkan materi pemain terbaiknya, selain Pele, para pemain utama mereka diantaranya Cejas (kiper), Edu, Jades, Nene, Orlando, Jose Carlos, Leo dan Alcindo diturunkan sejak menit awal.

Sekitar 85 ribu penonton langsung menyambut riuh kala laga Indonesia versus Santos yang dipimpin wasit R. Hatta dimulai. Tapi sesaat itu pula, penonton dibuat terkejut sekaligus terkesima oleh aksi para pemain Santos.

Saat laga baru berjalan dua menit, gawang Ronny Paslah sudah dijebol Jader yang sukses menceploskan bola setelah bekerjasama satu-dua dengan Edu. Santos menggandakan keunggulan menjadi 2-0, giliran Edu yang memaksa Ronny Paslah memungut bola dari gawangnya.

Kalah kelas dan kualitas, timnas dibuat kocar-kacir oleh goyang samba yang dipertontonkan para pemain Santos. Hanya selang beberapa menit setelah gol kedua, aksi individual Edu membuat barisan pertahanan Indonesia kalang kabut dan memaksa dua pemain mengganjal Edu di kotak penalti. R. Hatta pun tak sungkan menunjuk titik putih.

Dan, Pele akhirnya mencatatkan dirinya sebagai salah seorang pemain yang pernah membuat jala gawang SUGBK bergetar. Eksekusi penaltinya tak mampu dibendung Ronny Paslah. Unggul 3-0, Santos kemudian mengendurkan serangan.

Kondisi itu mampu dimaksimalkan pasukan Indonesia. Tepatnya di menit 31, setelah menerima umpan yang disodorkan Abdul Kadir, Iswadi Idris tanpa ampun menghujamkan si kulit bundar ke dalam gawang Santos namun bola bisa ditepis Cejas. Bola liar kemudian disambut Risdianto yang tinggal mencocor bola dan menaklukan Cejas. Skor berubah menjadi 3-1 dan bertahan hingga jeda pertandingan.

Memasuki babak kedua, para pemain Indonesia sudah tak lagi canggung menghadapi bintang-bintang Santos. Merah Putih mampu mengimbangi permainan yang dikembangkan Santos. Hasilnya tak sia-sia, pada menit 70, sebuah kerjasama apik antara Juswardi dan Jacob Sihasale dituntaskan dengan apik oleh Risdianto dan mengubah kedudukan menjadi 3-2.

Tambahan satu gol lagi, maka Indonesia akan membuat Santos 'malu'. Setelah mampu memperpendek jarak ketertinggalan, para pemain Indonesia kian percaya diri. Sebaliknya Santos mulai menyadari kualitas para pemain Indonesia ternyata tak serendah yang dibayangkan.

Permainan jadi kian menarik ditonton, bahkan sempat dibumbui ketegangan diantara para pemain kedua tim ketika laga memasuki menit ke-77. Pemain Santos, Leo yang terlihat tergeletak coba dibangunkan Iswadi yang menganggapnya hanya berpura-pura.

Tapi sikap Iswadi itu sontak tak diterima Leo yang merasa perlu perawata dari tim medis. Iswadi kemudian naik pitam dan menendang punggung Leo. Akibatnya sudah bisa dibayangkan, para pemain dari kedua tim langsung menghampiri dan kejadian tersebut nyaris menimbulkan perkelahian massal sebelum akhirnya bisa dilerai.

Sayangnya di sisa pertandingan Indonesia gagal menyamakan kedudukan dan takluk 2-3. Kendati kalah, penampilan pasukan Merah Putih cukup mengundang banyak pujian. Kendati goyang samba yang diusung Pele cs, awalnya menyihir SUGBK, namun diakhir laga Samba nyaris tak bergoyang karena perjuangan gigih para pemain Indonesia.***

Share this:

Post a Comment

 
Designed By OddThemes & Distributd By Blogger Templates