Pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah 12 April 1960 itu merasa iri melihat kehidupan atlet generasi saat ini. “Mungkin kondisinya masih sama, di Indonesia profesi sebagai atlet belum menjamin,” kata Suharyanto.
“Bonus Rp75 juta yang rata-rata diterima atlet peraih emas buat Jabar di PON mungkin nilainya sama dengan Rp300 ribu, bonus yang saya terima ketika meraih emas di PON 1985. Tapi Rp75 juta untuk ukuran kebutuhan saat ini, tentu nilai gunanya lebih baik dibanding Rp300 ribu,” tambahnya.
Rasa bangga mantan atlet lari jarak menengah dan jauh era 1980-an itu, kini mulai luntur seiring berputarnya roda kehidupan. Suharyanto tak lagi berjuang keras memperoleh prize money dan bonus pertandingan diatas lintasan kini ia lebih ‘suka’ mengayuh gerobak berisi jerigen minyak tanah dan tabung gas 3 kg demi melawan kerasnya tuntutan hidup.
Dulu, ia merupakan atlet andalan Jabar dan
Apalagi di tingkat nasional ia beberapa kali sukses mengharumkan Jabar di ajang multi event Pekan Olahraga Nasional (PON). Salah satunya ketika ia berhasil menjadi yang tercepat di nomor 10000 meter pada PON 1985 di
Rentetan prestasi emas Suharyanto yang seangkatan dengan salah satu generasi emas atletik
Bertahun-tahun Suharyanto bahkan tak pernah bercerita kepada tetangga jika ia sebenarnya pernah turut mengharumkan nama
“Mungkin hanya istri dan kerabat saya yang tahu. Saya tak pernah bercerita kepada tetangga soal apa dan siapa saya dahulu. Semua ini karena merasa malu dengan kondisi yang terjadi dan saya alami sekarang,” imbuh Suharyanto yang tinggal bersama istrinya, Ati di kawasan Buah Batu, Kota Bandung.
Demi mengurangi himpitan ekonomi, Suharyanto rela bolak-balik ke Gedung KONI Jabar demi sebuah tujuan yakni bantuan uang sekitar Rp15 juta untuk memuluskan niatnya membuka pangakalan usaha tabung gas di sekitar tempat tinggalnya. “Kalau terus dipersulit saya tak akan sungkan menyimpan gerobak dan koleksi medali ini didepan Gedung KONI Jabar. Biar masyarakat tahu seberapa besar perhatian dari petinggi olahraga terhadap para mantan atlet,” ujar Suharyanto.
Awalnya ia merasa kesal karena merasa permohonanya memperoleh dana bantuan terhambat peliknya administrasi. Tapi setelah memperoleh jaminan dari HM Ruslan ia pun sedikit merasa lega dan boleh berharap kehidupanya bisa lebih baik.(***)
Post a Comment