Tapi Wenger memiliki alasan kuat melakukannya. Alasan yang membuat para Gooners akhirnya menyadari kelangsungan hidup klub pun tak kalah penting dengan target prestasi.
Wenger melakukannya demi membantu keuangan klub tetap stabil setelah banyak tersedot untuk pembangunan stadion pengganti stadion Highbury.
Sejak terakhir kali membawa The Gunners menjuarai Premiership di musim 2003/2004, Wenger memang kalah dari Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti dalam urusan prestasi.
Tapi, Wenger (mungkin) lebih unggul dibandingkan manajer yang masih maupun pernah beredar di Inggris lainnya dalam urusan membuat neraca keungan klub tetap stabil.
Wenger akhirnya memutuskan menjual Patrick Viera ke Juventus dan Thiery Henry, legenda The Gunners ke Barcelona demi menjaga kondisi keuangan klubl.
Tapi di sisi lain, meski harus menjual sejumlah pemain bintangnya, Wenger tetap bisa menjaga Arsenal tetap berada di barisan elit klub Premiership.
Untuk sepak bola Inggris, Wenger adalah sosok yang ideal. Gelar master bidang ekonomi miliknya merepresentasikan kemampuan Wenger mempraktekkan hukum ekonomi di sepak bola.
Di Inggris peran seorang pelatih memang tak sekadar mengurai taktik dan strategi bermain sepak bola yang baik dan efektif.
Ada aspek bisnis yang mesti dijalankan demi kepentingan klub, terutama kebijakan menyangkut kontrak maupun transfer pemain. Karenanya muncul istilah manager-coach.
Peran lebih yang dimiliki seorang pelatih di Inggris, akhirnya menginspirasi klub maupun federasi sepak bola di sejumlah Negara untuk mengadopsinya.
Di era sepak bola modern, peran, fungsi dan tanggung jawab seorang pelatih jadi lebih besar karena adanya tuntutan diluar persoalaan teknis.
Peran lebih itu pula yang membuat Inggris (kembali) terbukti sebagai Negara pionir pengembangan hingga akhirnya menjadikan sepak bola sebagai ladang bisnis menggiurkan.
Adalah Herbert Chapman salah seorang manajer legendaris Arsenal yang berandil besar terhadap semua hal yang saat ini terjadi dalam sepak bola, termasuk untuk urusan pengembangan bisnis.
Chapman dikenal sebagai seorang reformis. Dia menjadi manajer yang dianggap pertama memerankan fungsi diluar urusan teknis.
Ketika secara struktur dan fungsi kerja klub-klub sepak bola Inggris masih mengenal adanya komite seleksi dan dewan untuk menentukan pemain serta membangun tim. Chapman, menuntut peran dan fungsi tersebut dipegangnya langsung.
Chapman dianggap sebagai salah satu manajer modern karena kaya inovasi. Setiap memainkan perannya sebagai manajer, Chapman menerapkan aturan ketat soal pentingnya kebugaran fisik pemain.
Dia pun menuntut kontrol dan wewenang penuh soal kebijakan transfer pemain, baik pembelian maupun penjualaan.
Hal itu dilakukan Chapman karena selalu memiliki pandangan tentang bagaimana sebuah klub sepak bola itu, dibangun dengan cara yang ideal.
Tidak hanya untuk jangka pendek tapi jangka panjang. Chapman diketahui selalu berpikiran klub yang ditanganinya harus tetap mampu bersaing minimal dalam jangka lima musim kompetisi.
Namun karena peran yang dimainkannya kala itu, belum bisa dikatakan lazim dimainkan seorang manajer, Chapman nyaris dijatuhi sanksi ketika menangani Arsenal.
FA menuding Arsenal melakukan praktek pembelian pemain ilegal ketika mendatangkan Charlie Buchan.
FA menemukan bukti Buchan memperoleh uang intensif supaya bersedia menandatangani kontrak sekaligus meninggalkan klubnya, Sunderland pada 1925.
Chapman akhirnya lolos dari ancaman terkena hukuman dari FA. Federasi sepak bola Inggris itu, justru malah menjatuhkan sanksi kepada Sir Henry Norris, Direktur Arsenal saat itu.
Meski pada masanya peran dan kontrol Chapman, membuatnya dikenal sebagai manajer yang licik.
Tapi apa yang dilakukan Chapman akhirnya banyak ditiru oleh sejumlah manajer maupun klub di Inggris hingga akhirnya peran dan fungsi seorang manajer klub sepak bola berkembang seperti sekarang.
Ketika meniti karier sebagai pemain sepak bola, Chapman tak cukup sering menunjukan sinar terangnya.
Tapi ketika duduk sebagai manajer, Chapman telah menyinari sepak bola secara keseluruhan.
Tak hanya itu, football history memasukan nama Chapman sebagai salah satu dari 10 pelatih (manajer) terbaik di dunia yang pernah ada karena andilnya di era sepak bola modern.
Chapman meninggal dunia pada usia 55 tahun saat masih berstatus sebagai manajer Arsenal, akibat pheunomia atau radang paru-paru yang sudah dideritanya sejak lama.
Usai menyaksikan laga Bury melawan Notts County, 1 Januari 1934. Chapman kemudian berniat menyaksikan laga Sheffield Wednesday, lawan selanjutnya yang akan dihadapi Arsenal.
Dalam perjalanan menuju kota Yorkshire itu, Chapman akhirnya dilaporkan meninggal dunia.
Patung perunggu Chapman yang dibangun di Stadion Highbury untuk mengenang jasanya, menunjukan jika dia tak hanya seorang manajer legendaris The Gunners, juga sepak bola Inggris dan dunia.***