BREAKING NEWS

Blogger templates

Persib

Maenbal Indonesia

Manbal Manca

Sunday, 12 September 2010

Chapman Sang Reformis

ARSENE Wenger pernah dituding terlalu ekonomis dalam kebijakan transfernya tak lama setelah Arsenal menempati stadion Emirates di kawasan Ashburton Grove, London.

Tapi Wenger memiliki alasan kuat melakukannya. Alasan yang membuat para Gooners akhirnya menyadari kelangsungan hidup klub pun tak kalah penting dengan target prestasi.

Wenger melakukannya demi membantu keuangan klub tetap stabil setelah banyak tersedot untuk pembangunan stadion pengganti stadion Highbury.

Sejak terakhir kali membawa The Gunners menjuarai Premiership di musim 2003/2004, Wenger memang kalah dari Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti dalam urusan prestasi.

Tapi, Wenger (mungkin) lebih unggul dibandingkan manajer yang masih maupun pernah beredar di Inggris lainnya dalam urusan membuat neraca keungan klub tetap stabil.

Wenger akhirnya memutuskan menjual Patrick Viera ke Juventus dan Thiery Henry, legenda The Gunners ke Barcelona demi menjaga kondisi keuangan klubl.

Tapi di sisi lain, meski harus menjual sejumlah pemain bintangnya, Wenger tetap bisa menjaga Arsenal tetap berada di barisan elit klub Premiership.

Untuk sepak bola Inggris, Wenger adalah sosok yang ideal. Gelar master bidang ekonomi miliknya merepresentasikan kemampuan Wenger mempraktekkan hukum ekonomi di sepak bola.

Di Inggris peran seorang pelatih memang tak sekadar mengurai taktik dan strategi bermain sepak bola yang baik dan efektif.

Ada aspek bisnis yang mesti dijalankan demi kepentingan klub, terutama kebijakan menyangkut kontrak maupun transfer pemain. Karenanya muncul istilah manager-coach.

Peran lebih yang dimiliki seorang pelatih di Inggris, akhirnya menginspirasi klub maupun federasi sepak bola di sejumlah Negara untuk mengadopsinya.

Di era sepak bola modern, peran, fungsi dan tanggung jawab seorang pelatih jadi lebih besar karena adanya tuntutan diluar persoalaan teknis.

Peran lebih itu pula yang membuat Inggris (kembali) terbukti sebagai Negara pionir pengembangan hingga akhirnya menjadikan sepak bola sebagai ladang bisnis menggiurkan.

Adalah Herbert Chapman salah seorang manajer legendaris Arsenal yang berandil besar terhadap semua hal yang saat ini terjadi dalam sepak bola, termasuk untuk urusan pengembangan bisnis.

Chapman dikenal sebagai seorang reformis. Dia menjadi manajer yang dianggap pertama memerankan fungsi diluar urusan teknis.

Ketika secara struktur dan fungsi kerja klub-klub sepak bola Inggris masih mengenal adanya komite seleksi dan dewan untuk menentukan pemain serta membangun tim. Chapman, menuntut peran dan fungsi tersebut dipegangnya langsung.

Chapman dianggap sebagai salah satu manajer modern karena kaya inovasi. Setiap memainkan perannya sebagai manajer, Chapman menerapkan aturan ketat soal pentingnya kebugaran fisik pemain.

Dia pun menuntut kontrol dan wewenang penuh soal kebijakan transfer pemain, baik pembelian maupun penjualaan.

Hal itu dilakukan Chapman karena selalu memiliki pandangan tentang bagaimana sebuah klub sepak bola itu, dibangun dengan cara yang ideal.

Tidak hanya untuk jangka pendek tapi jangka panjang. Chapman diketahui selalu berpikiran klub yang ditanganinya harus tetap mampu bersaing minimal dalam jangka lima musim kompetisi.

Namun karena peran yang dimainkannya kala itu, belum bisa dikatakan lazim dimainkan seorang manajer, Chapman nyaris dijatuhi sanksi ketika menangani Arsenal.

FA menuding Arsenal melakukan praktek pembelian pemain ilegal ketika mendatangkan Charlie Buchan.

FA menemukan bukti Buchan memperoleh uang intensif supaya bersedia menandatangani kontrak sekaligus meninggalkan klubnya, Sunderland pada 1925.

Chapman akhirnya lolos dari ancaman terkena hukuman dari FA. Federasi sepak bola Inggris itu, justru malah menjatuhkan sanksi kepada Sir Henry Norris, Direktur Arsenal saat itu.

Meski pada masanya peran dan kontrol Chapman, membuatnya dikenal sebagai manajer yang licik.

Tapi apa yang dilakukan Chapman akhirnya banyak ditiru oleh sejumlah manajer maupun klub di Inggris hingga akhirnya peran dan fungsi seorang manajer klub sepak bola berkembang seperti sekarang.

Ketika meniti karier sebagai pemain sepak bola, Chapman tak cukup sering menunjukan sinar terangnya.

Tapi ketika duduk sebagai manajer, Chapman telah menyinari sepak bola secara keseluruhan.

Tak hanya itu, football history memasukan nama Chapman sebagai salah satu dari 10 pelatih (manajer) terbaik di dunia yang pernah ada karena andilnya di era sepak bola modern.

Chapman meninggal dunia pada usia 55 tahun saat masih berstatus sebagai manajer Arsenal, akibat pheunomia atau radang paru-paru yang sudah dideritanya sejak lama.

Usai menyaksikan laga Bury melawan Notts County, 1 Januari 1934. Chapman kemudian berniat menyaksikan laga Sheffield Wednesday, lawan selanjutnya yang akan dihadapi Arsenal.

Dalam perjalanan menuju kota Yorkshire itu, Chapman akhirnya dilaporkan meninggal dunia.

Patung perunggu Chapman yang dibangun di Stadion Highbury untuk mengenang jasanya, menunjukan jika dia tak hanya seorang manajer legendaris The Gunners, juga sepak bola Inggris dan dunia.***

Wednesday, 8 September 2010

Dari Groves Ke Ronaldo, Lalu ?

WILLIE Groves mengawali dimulainya era praktek ekonomi tingkat tinggi di sepak bola. Secara resmi Groves diakui sebagai pesepak bola pertama yang pindah klub, setelah terjadi kesepakatan jual beli dalam bentuk kompensasi uang transfer.

Proses kesepakatan jual beli striker timnas Skotlandia tersebut melibatkan klub Liga Primer Inggris, West Bromwich Albion (WBA) dan Aston Villa, terjadi pada 1893. Nilai jual Groves mencapai 100 poundsterling jadi yang pertama sekaligus tertinggi.

Nilai transfer Groves bertahan 11 tahun ketika Newcastle United membeli Andy McCombie (Skotlandia) dari rival sekota, Sunderland FC dengan harga 700 poundsterling.

116 tahun kemudian, setelah penjualan Groves oleh WBA ke Villa. Tepatnya pada 2009, nilai jual tertinggi pemain sepak bola menggelembung hingga 800 ribu kali lipat.

Rekor tertinggi pemain sepak bola terukir ketika Real Madrid mendatangkan Cristiano Ronaldo dari Manchester United seharga 80 juta poundsterling.

Sepanjang sejarah era sepak bola profesional, tercatat hingga 2009 sudah terjadi 33 rekor pemecahan nilai transfer. Mayoritas rekor transfer pemain ini dilakukan oleh klub Italia dan Spanyol.

Negeri Pizza mencatat 18 kali pemecahan rekor transfer, dimulai ketika Napoli mendatangkan striker Swedia, Hans Jeppson dari Atalanta pada 1952 dengan nilai 105 juta Lira.

Italia setelah itu, bisa dikatakan merajai bursa transfer pemain terutama dari sisi nilai yang dikeluarkan. Namun krisis keuangan yang melanda sejumlah klub di Italia pada 2000-an membuat posisi Italia kemudian diambil alih Spanyol.

Hernan Crespo tercatat jadi pembelian termahal di dunia terakhir yang dilakukan klub Italia. Rekor tersebut dicatat pada tahun 2000 ketika Lazio membeli Crespo dari Parma seharga 35,5 juta poundsterling.

Tapi rekor transfer Crespo hanya bertahan dalam hitungan pekan saja setelah Real Madrid membeli Luis Figo dari musuh abadinya Barcelona dengan nilai transfer 1,5 juta poundsterling lebih mahal dari nilai kesepakatan Parma dan Lazio untuk Crespo.

Tapi bukan barisan pemain dengan nama besar yang pernah memenangkan sejumlah trofi bergengsi termasuk Piala Dunia yang tercatat namanya paling lama bertahan sebagai pemain sepak bola termahal.

Adalah striker asal Argentina, Bernabé Ferreyra yang namanya bertahan selama 20 tahun sebagai pemain termahal dunia. Fereyra menjadi pemain dengan banderol tertinggi setelah dibeli River Plate dari Tigre pada 1932 -Rekornya dipecahkan Jeppson yang dibeli Napoli dari Atalanta-.

Nilai bayaran yang dikeluarkan River akhirnya sebanding dengan performa Ferreyra selama memperkuat klub yang bermarkas di Estadio Monumental, Buenos Aires itu. Total dari 185 penampilannya ia mencetak 187 gol untuk River.

Meski pada masanya dikenal sebagai salah satu striker yang ditakuti. Ferreyra tak pernah sekalipun mencicipi pengalaman bermain di Piala Dunia termasuk di Piala Dunia pertama 1930 ketika Argentina menembus final sebelum akhirnya dikandaskan Uruguay. Di level timnas, Ferreyra tercatat hanya empat kali memperkuat tim Tango.

Di Indonesia praktek jual beli pemain masih menjadi barang langka. Tercatat hanya beberapa kasus transfer yang terjadi setelah ada kesepakatan jual-beli seperti kepindahan Bima Sakti dari Pelita Jaya ke PSM Makasar (1999).

Praktek transfer pemain sepak bola di Indonesia belum menjadi kebiasaan dan cenderung hanya dijadikan solusi akhir ketika muncul persoalaan kontrak pemain. Seperti yang terjadi pada kasus Achmad Junaidi tahun 2001.

Saat itu, Achmad yang berstatus sebagai pemain Arema Malang mengingkari perjanjian kontrak selama 2 tahun setelah membuat kesepakatan baru dengan Persebaya. Akhirnya, Persebaya memutuskan membeli Achmad dengan nilai transfer Rp 175 juta dari Arema.

Padahal dengan kondisi yang cenderung selalu dihadapkan pada kesulitan finansial mayoritas klub di Indonesia. Praktek jual beli pemain bisa dijadikan salah satu solusi mengatasi problem finansial di tengah tuntutan mandiri.***

Rekor Transfer Pemain

Tahun

Pemain

Dari

Ke

Nilai

1893

Willie Groves

West Bromwich Albion

Aston Villa

100

1904

Andy McCombie

Sunderland

Newcastle United

700

1905

Alf Common

Sunderland

Middlesbrough

1,000

1922

Syd Puddefoot

West Ham United

Falkirk

5,000

1922

Warney Cresswell

South Shields

Sunderland

5,500

1928

David Jack

Bolton Wanderers

Arsenal

10,890

1932

Bernabe Ferreyra

Tigre

River Plate

23,000

1952

Hans Jeppson

Atalanta

Napoli

52,000

1954

Juan Schiaffino

Peñarol

Milan

72,000

1957

Enrique Omar Sivori

River Plate

Juventus

93,000

1961

Luis Suarez

Barcelona

Internazionale

152,000

1963

Angelo Sormani

Mantova

Roma

250,000

1967

Harald Nielsen

Bologna

Internazionale

300,000

1968

Pietro Anastasi

Varese

Juventus

500,000

1973

Johan Cruyff

Ajax

Barcelona

922,000

1975

Giuseppe Savoldi

Bologna

Napoli

1,200,000

1976

Paolo Rossi

Juventus

Vicenza

1,750,000

1982

Diego Maradona

Boca Juniors

Barcelona

3,000,000

1984

Diego Maradona

Barcelona

Napoli

5,000,000

1987

Ruud Gullit

PSV Eindhoven

Milan

6,000,000

1990

Roberto Baggio

Fiorentina

Juventus

8,000,000

1992

Jean-Pierre Papin

Marseille

Milan

10,000,000

1992

Gianluca Vialli

Sampdoria

Juventus

12,000,000

1992

Gianluigi Lentini

Torino

Milan

13,000,000

1996

Alan Shearer

Blackburn Rovers

Newcastle United

15,000,000

1997

Ronaldo

Barcelona

Internazionale

19,500,000

1998

Denílson

Sao Paulo

Real Betis

21,500,000

1999

Christian Vieri

Lazio

Internazionale

32,000,000

2000

Hernán Crespo

Parma

Lazio

35,500,000

2000

Luís Figo

Barcelona

Real Madrid

37,000,000

2001

Zinedine Zidane

Juventus

Real Madrid

46,000,000

2009

Kaka

Milan

Real Madrid

56,000,000

2009

Cristiano Ronaldo

Manchester United

Real Madrid

80,000,000

Keterangan ;

Dalam Poundsterling

Saturday, 4 September 2010

Sepak Bola Untuk Kemanusiaan


BAGI yang memandang sinis sepak bola, lebih baik buang jauh-jauh sikap dan cara yang terlalu sempit ketika menyampaikan pendapat dan menilai olah raga paling populer di dunia ini.

Thursday, 2 September 2010

Hantu di Stadium of Light

CERITA gaib selalu muncul di kehidupan masyarakat umum. Percaya atau tidak, setiap keyakinan pada dasarnya, mengakui adanya alam lain yang disebut gaib. Muncul beberapa teori untuk menjelaskannya, inti sari dari semua teori yang ada, ditarik kesimpulan, dunia gaib dan dunia kasat mata yang kita tinggali, punya batas yang tidak kasat mata.

Ketika seseorang dengan tiba-tiba bisa melihat mahluk yang berada di alam gaib, maka batas pemisah antara dunia itu, sedang bocor. Dan, terkadang penghuni alam gaib tak perlu menampakan diri untuk menyatakan mereka ada di sana.

Di Indonesia, di beberapa lokasi seringkali muncul cerita penampakan. Salah satunya, cerita hantu perempuan yang digambarkan berparas cantik dan sering menampakan diri di jembatan Ancol. Cerita ini, kemudian kian dikenal lewat sentuhan para sineas yang mengapresiasikanya ke bentuk sinema dalam berbagai versi dan alur cerita.

Cerita hantu yang menghuni sebuah tempat atau tidak mau meninggalkan tempatnya, juga ada di dunia sepakbola. Di Inggris, tepatnya di Stadium of Light, kandang Sunderland FC dikenal masyarakat Negeri Ratu Elizabeth itu, sebagai stadion berhantu.

Beberapa staf klub, ofisial dan pemain Sunderland seperti dikutip dari salah satu tulisan media berpengaruh di Inggris, The Mirror, tepatnya 16 April 2005, mengaku pernah jadi saksi penampakan Spottee, mahluk gaib penghuni Stadium of Light.

Stephen Elliot striker asal Irlandia yang kala itu masih berusia 21 tahun dan berkostum The Black Cat, menceritakan pengalamannya melihat Spottee yang digambarkan sebagai mahluk dalam bentuk asing dan berwarna hitam di salah satu koridor stadion. Cerita Elliot, kian menguatkan pengakuan dari dua orang staf klub yang sebelum Elliot menceritakannya kepada The Mirror, sama-sama mengaku pernah mendapatkan pengalaman serupa.

Cerita hantu Spottee di Stadium of Light kian terkenal setelah, Marcus Stewart, striker Sunderland saat itu, juga menyampaikan pengakuan yang sama. "Yang membuat saya berpikir apa yang pernah saya lihat adalah benar, karena Stephen pun menceritakan pengalaman yang sama," tutur Stewart.

Spottee diyakini sebagai hantu yang berasal dari abad ke-18. Dengan kata lain, Spottee sudah lebih dulu menghuni areal berdirinya Stadium of Light yang resmi dioperasikan sebagai kandang anyar Sunderland pada 1997, dibandingkan staf, pelatih, pemain dan fans klub rival sekota Newcastle United itu.

Saking terkenal sebagai tempat angker karena dihuni mahluk gaib dan kerap menampakan diri. Publik sepakbola Inggris, kemudian memplesetkan nama Stadium of Light yang megah dan modern, menjadi Stadium of Fright yang artinya Stadion Kengerian.***

Sunday, 15 August 2010

Uang Menjatuhkan Sang Raja

BANYAK hal positif bisa di peroleh ketika sepakbola mulai mengenal bisnis dan sebaliknya, terhadap perkembangan sepakbola. Di era sepakbola modern, olahraga wajib mayoritas penduduk dunia ini, tak lagi sekadar bicara masalah menang dan kalah.

Sebagai olahraga terpopuler di planet bumi, sepakbola ibarat mesin uang bagi yang memahami cara memutar dan menggelembungkan uang. Tapi tidak selamanya penerapan aspek bisnis ke dalam sepakbola berujung tercapainya semua harapan. Seperti yang dialami salah satu klub penguasa sepakbola Inggris di era 1970-an hingga 1980-an, Nottingham Forest FC.

Ceritanya, dimulai awal tahun 1998, saat FA mencurigai terjadinya manipulasi transfer pemain yang melibatkan sejumlah petinggi klub dan staf teknis di era manajer legendaris, Brian Clough. Selain Clough, dua sosok kepercyaan Clough, Ronnie Fenton dan Steve Burtenshaw dicurigai ikut terlibat.

FA mendapatkan beberapa bukti yang mengarah pada tudingan beberapa pihak di dalam klub telah dengan sengaja membengkakan angka jual beli pemain demi tujuan pribadi.

Meski hasil investigasi FA seperti dikatakan juru bicaranya saat itu, Mike Lee menyatakan tak ada bukti kuat yang mengarah pada tindakan korupsi. Namun, kasus dugaan korupsi di tubuh klub penghuni The City Ground Stadium itu, berdampak cukup luar biasa terhadap perjalanan klub di kemudian hari.

Hasil penyelidikan akhir FA kala itu, membuat proses transaksi jual beli saham kembali dibuka, setelah sempat dibekukan selama masa penyelidikan dilaksanakan. Namun, karena kadung telah menimbulkan pencitraan negatif nilai saham Forest terus jatuh dan terjun bebas di lantai bursa efek London.

Akibatnya sudah bisa ditebak, kondisi keuangan Forest menjadi guncang dan minim kepercayaan dari para investor. Efeknya menjalar ke prestasi klub, tragisnya setelah kasus dugaan korupsi mencuat, Forest jadi lebih akrab dengan yang namanya degradasi. Setelah jatuh ke Divisi I di musim 1996/1997, Forest sempat kembali ke Premiership dua musim berikutnya.

Namun, comeback Forest di Premiership tak berjalan mulus karena diakhir kompetisi Forest kembali terdegradasi, bahkan di akhir musim 2004/2005 terlempar lebih jauh ke League 1 tiga tingkat dibawah Premiership. Sebuah kondisi yang sangat ironis dan berbanding terbalik 180 derajat jika menyimak perjalanan Forest di era 1970-an hingga awal 1990-an lewat sentuhan Clough.

Beberapa pihak kemudian curiga, ketika FA menyampaikan hasil laporannya kepada publik. Otoritas tertinggi sepakbola Inggris itu sebenarnya menutupi banyak fakta sebenarnya yang terjadi di tubuh Forest. FA dituding melakukan itu karena alasan ingin menghormati klub yang pernah membuat sepakbola Inggris membusungkan dada, saat Forest meraih gelar Piala Champions dua musim berturut-turut 1979 & 1980.

Kesimpulanya, sepakbola dan industri tak selamanya bisa disatukan. Daya pikat poundsterling telah membuat silau dan menggerus sifat 'tawakal' beberapa orang di internal klub, hingga akhirnya menjatuhkan klub yang dulu pernah berstatus sebagai Raja Inggris dan Eropa.

Diluar nama Clough yang bakal dikenang sebagai salah satu manajer legendaris yang pernah beredar di kompetisi Liga Inggris. Sepanjang sejarah klub yang didirikan tahun 1865, Forest pernah mencuatkan beberapa pemain yang namanya lumayan beken. Di masa kepelatihan Clough muncul nama kiper legendaris Inggris, Peter Shilton, lalu Viv Anderson, Trevor Fancis, Martin O'Neill, Kenny Burns, Stuart Pearce, dan lainya.

Fakta Nottingham Forest

- Tercatat dua kali secara beruntun memenangkan Piala Champions Eropa di musim 1979 mengalahkan klub Swedia, FK Malmo 1-0 di laga puncak dan mempertahankanya di musim 1980 usai mengandaskan Hamburg SV dengan skor yang sama.

- Bob McKinlay tercatat sebagai pemain Nottingham Forest dengan jumlah penampilan terbanyak yakni 682 penampilan (1951-1969) dan Grenville Morris tercatat sebagai pemain tersubur dalam sejarah klub dengan torehan 217 gol.

- Terlepas dari kontroversi kasus dugaan korupsi yang diarahkan kepadanya. Brian Clough yang meninggal pada 2004, akan selalu dikenang fans Forest sebagai salah satu manajer terbaik yang pernah ada. Sentuhan Clough yang mulai bertugas sejak 1975 hingga 1993, menghadirkan 1 gelar juara Liga Inggris di musim 1978, 2 Piala Champions Eropa (1979 dan 1980), Piala Super Eropa (1979), 4 trofi juara Piala Liga Inggris (Carling Cup), dan 1 gelar Community Shield.

- Sepeninggal Manajer Brian Clough, hingga musim 2009/2010, Forest sudah melakukan 12 kali pergantian di posisi manajer tim. Dua mantan pemain timnas Inggris, Stuart Pearce dan David Platt, juga masuk dalam catatan daftar manajer Forest sepeninggal era Clough.

- City Ground, stadion yang sudah digunakan Forest sejak 1898 dianggap sebagai salah satu stadion terbaik di Inggris, salah satu alasan penilaian itu muncul karena lokasinya yang berada persis di pinggiran sungai Trent dan masuk dalam areal kawasan wisata taman hutan. Stadion ini mengalami renovasi jelang penyelenggaraan Piala Eropa 1996 dan daya tampungnya ditingkatkan menjadi 30602 tempat duduk.

Monday, 9 August 2010

Dari Seekor Anjing

MEI 2005 akan dicatat dalam sejarah perjalanan Manchester United FC sebagai sebuah klub sepak bola. Pada bulan kelima kalender masehi itu, tycoon bisnis asal Amerika Serikat, Malcolm Glazer resmi jadi pemilik saham terbesar Red Devil dengan komposisi kepemilikan sebesar 76 persen.

Kedatangan Glazer ke Old Trafford menuai banyak kontroversi diantara fans. Mereka yang berpikiran kedepan cenderung mendukung kehadiran Glazer yang dianggap bakal menjaga MU sebagai klub yang akan selalu dekat dengan gelar juara di setiap ajang kompetisi.

Mereka yang memegang teguh ideliasme Glazer adalah ancaman yang menimbulkan rasa khawatir MU bakal berubah jadi klub yang hanya selalu membuat sensasi tidak penting layaknya Real Madrid dibawah kepemimpinan Florentino Perez.

Kekhawatiran yang bisa diterima, jika lipatan buku sejarah berdirinya Red Devil kembali dibuka. MU berdiri sebagai sebuah klub sepakbola yang mewakili kelas pekerja. Fakta yang berbanding terbalik dengan kenyataan saat ini MU berada di barisan terdepan klub sepak bola kaya raya di era industri sepakbola.

John Henry Davies, , seorang juragan dan pemilik pabrik bir, mungkin tak akan pernah menyangka jika anjing liar yang ia jadikan hadiah ulang tahun untuk anaknya Elsie (12 tahun), jadi awal semua mimpi jadi kenyataan di Theatre of Dream.

Anjing liar yang ditangkap Davies itu, kemudian diketahui milik Harry Stafford, kapten klub Newton Heath, klub sepakbola yang sudah berdiri sejak 1878. Harry kemudian mengijinkan Davies menjadikan anjing miliknya jadi hadiah ulang tahun Elsie.

Pertemuan yang tak disengaja itu, kemudian berujung pada perbincangan dan rencana mendirikan klub sepakbola. Pada 1902, Davies dan Harry sepakat untuk mengubah nama Newton Heath menjadi Manchester United.

Tak lama setelah kesepakatan terjadi, Davies kemudian membeli sebuah cottage yang diperuntukan bagi para pemain. Awalnya MU tak lebih dari sebuah klub sepakbola yang bersifat pribadi dan jadi media untuk menyalurkan hobi dari kaum pekerja dalam memainkan si kulit bundar. Hanya tujuh tahun setelah resmi didirikan MU memenangi trofi FA Cup pertamanya.

“Bila ia masih hidup dan menjadi saksi semua hal membanggakan. Davies pasti akan terkejut dengan apa yang terjadi setelah ia memenuhi keinginan para pekerja di Manchester yang memimpikan memiliki sebuah klub,” kata Elizabeth Pertington, istri cucu dari mendiang Davies.

Setelah lebih dari satu abad sejak didirikan, MU seolah tak lagi mengusung semangat kaum pekerja. Red Devil kini jadi klub yang piawai membuat sirkulasi keuangan tetap stabil dan membuat para pebisnis di belahan penjuru dunia manapun jadi ngiler seperti Glazer yang dinilai fans loyal MU sebagai sosok Amerika yang berpura-pura jadi penggemar sepakbola demi mendulang profit.***

Sunday, 4 July 2010

Sepak Bola (Memang) Bukan Matematika

SEPAKBOLA bukan matematika, tidak ada yang pasti dalam sepakbola. Tapi Harald August Bohr, membuat sepakbola dekat dengan matematika. Bohr adalah seorang ahli dalam sejarah ilmu matematika, lahir di Kota Kopenhagen, Denmark, 22 April 1887.

Sebagai ahli matematika, August Bohr menjadi terkenal setelah bersama rekannya Johannes Mollerup, menemukan rumus penting untuk mengetahui karakteristik fungsi gamma yang lebih dikenal dengan rumus Bohr-Mollerup.

Bohr terlahir di keluarga yang sangat mengedepankan pentingnya pendidikan. Kakaknya, Niels Bohr adalah seorang ahli fisika penemu struktur atom dan mekanika kuantum yang cukup terkenal.

Kendati sangat akur dalam kehidupan sehari-hari, Niels dan August tak bisa dikatakan akrab sebagai ilmuwan. Catatan perjalanan hidup kakak-adik ini, menunjukan keduanya hanya sekali secara bersama-sama mengerjakan makalah.

Lalu hal apa yang dilakukan August Bohr, hingga akhirnya dikenang jadi bagian dari sejarah sepakbola Denmark dan dunia? Ternyata sebelum akhirnya dikenang sebagai ahli matematika, August Bohr terlebih dahulu dikenal publik karena keahlianya mengolah si kulit bundar.

Perjalanan karier sepakbolanya memang tergolong pendek, tapi August Bohr akan selalu dikenang publik sepakbola Denmark sebagai seorang legenda sepakbola Negeri Dongeng tersebut pada masanya.

Di usia 16 tahun, August Bohr yang kerap menempati posisi bek dan gelandang bertahan, sudah tercatat sebagai pemain klub Akademisk Boldklub. Pada 1905 Bohr sempat bermain satu klub bersama kakaknya, Niels yang berposisi sebagai kiper.

Karier sepak bola August melejit lebih cepat dibandingkan Niels, dia terpilih masuk skuad timnas Denmark ketika Olimpiade 1908 digelar di London. Bahkan saat pesta multi cabang olaharaga paling akbar itu digelar, August Bohr jadi kunci permainan Tim Dinamit, peran pentingnya mengantarkan Denmark melaju hingga partai puncak sebelum akhirnya takluk 1-2 dari Inggris.

Seusai memperoleh gelar master di bidang matematika tahun 1909, August Bohr kemudian memutuskan secara perlahan mulai meninggalkan sepakbola dan lebih memilih fokus jadi ahli matematika. Kendati saat itu, kemampuanya di atas lapangan hijau dikenal seantero Denmark.

Bahkan ketika ia mempresentasikan disertasi doktoralnya, selang satu tahun setelah memperoleh gelar master. Hadirin yang hadir menyaksikan dan mendengarkan penjelasan hasil penelitian August Bohr, kebanyakan justru suporter sepakbola.

Para penggemar sepakbola ini, sengaja datang sekadar memenuhi hasrat ingin melihat lebih dekat sosok August Bohr. Kendati akhirnya sebagai ilmuwan kalah populer dibandingkan kakaknya, Niels. Namun sepakbola menjadikan August Bohr dikenang rakyat Denmark.

August Bohr memang mampu menyumbang rumus penting bagi dunia matematika. Tapi ia tak cukup memiliki pemikiran brilian untuk menciptakan rumus yang mampu menjelaskan kenapa Denmark gagal meraih emas Olimpiade 1908, sebab sepakbola memang bukan matematika.

Sebelum wafat pada 22 Januari 1951, August Bohr lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kuliah Institut Politeknik Kopenhagen. Seperti dikutip dari History of Mathematics, meski tercatat sebagai seorang olahragawan, August Bohr selalu di dera rasa sakit di kepala dan cenderung memiliki kebiasaan berperilaku menghindari debat dengan orang lain.***

Random Posts

 
Designed By OddThemes & Distributd By Blogger Templates